Jumat, 19 April 2013

Pendidikan Anak Usia Dini



Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak dini usia berkaitan dengan asas pendidikan partisipatif, di mana pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang sitemik, terbuka dan multi makna. Paradigma baru pendidikan anak dini usia lebih merupakan sutau proses pembudayaan dan pemberdayaan berdasarkan prinsip memberi ketauladanan, dorongan dan tentunya dilakukan dengan prinsip otonomi, tranparansi dan akuntabilitas publik.  Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional(sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Beberapa strategi yang sering digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara lain :
a.     Cyrcle Time, pada strategi pembelajaran ini kegiatan anak-anak duduk melingkar dan guru berada di tengah lingkaran. Berbagai kegiatan, seperti membaca puisi, bermain peran, bernyanyi, mengaji, atau bercerita, dan sebagainya.
b.     Kunjungan, anak sangat senang melihat langsung berbagai kenyataan yang ada di masyarakat melalui kunjungan. Kegiatan kunjungan memberi gambaran bagi anak akan dunia kerja, dunia orang dewasa sehingga mendorong anak untuk mengembangkan cita-cita. Banyak orang menjadi pilot karena diajak orangtuanya melihat pameran dirgantara, mengunjungi museum pesawat terbang, atau karena diajak naik pesawat terbang. Berbagai kegiatan kunjungan seperti ke Museum Perjuangan, Museum Dirgantara, Perpustakaan, Kepolisian, Dinas Pemadam kebakaran memberi inspirasi anak untuk mengembangkan cita-citanya (learning to be), misalnya untuk menjadi Polisi, TNI, Pemadam Kebakaran, Pilot, dan sebagainya.
c.      Small Project, metode ini melatih anak bertanggungjawab untuk mengerjakan proyeknya. Proyek merupakan kegiatan investigasi dan penemuan dari suatu topik yang memiliki nilai penting bagi anak
d.     bermainan, permainan yang menarik dan tidak banyak aturan pada umumnya disukai anak-anak. Guru dapat menggunakan permainan untuk membelajarkan anak. Caranya, guru mengajarkan permainan tersebut kepada anak. Setelah anak mampu memainkannya, guru menambahkan muatan edukatif pada permainan tersebut, sehingga secara tidak langsung anak belajar
e.     Bercerita, bercerita merupakan salah satu metode untuk mendidik anak. Berbagai nilai-nilai moral, pengetahuan, dan sejarah dapat disampaikan dengan baik melalui cerita. Cerita ilmiah maupun fiksi yang disukai anak-anak dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan. Cerita dengan tokoh yang baik, kharismatik, dan heroik menjadi alat untuk mengembangkan sikap yang baik kepada anak-anak

Teori belajar anak usia dini
-         Mayesty (1990:196-197) bagi seorang anak, Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan berkerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan; sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi disekitarnya.
-         Menurut Montessori (1966)
Menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang anak untuk menyenangi pembelajarannya. 
-         Menurut Mayke (1995)
menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi keseempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep derta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
-         Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100),menjelaskan bahwa pada dasarnya pengembangan program pembelajaran adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang dapat memperkaya pengalaman bermain anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir teentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumen untuk mencari berbagai alternatif.
-         Allbrecht dan Miller (2000:216-218) berpendapat bahwa dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini harusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan program adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan beraktivitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
-         Teori belajar konstruktivisme, bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.



Paud pada masa kini :
-      Memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah.
-      Menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
-      Melaksanakan proses Belajar yang dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak  untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup, dan dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata atau sesungguhnya, berfokus pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta melibatkan peran aktif dari pemain.
-        Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath Tagore menggunakan model pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan berinteraksi dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari.
-      Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

Apakah metode PAUD pada masa ini sesuai atau tidak bagi anak?
Menurut saya metode yang pembelajaran Paud sudah sesuai dengan anak – anak seusianya , karena metode dalam pembelajaran paud itu sendiri menggunakan strategi seperti kunjungan,bercerita,dan bermain dalam mendidik anak dimana sangat membantu anak untuk bertumbuh  kembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dan dari beberapa teori belajar yang ada saya sangat setuju bahwa dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini harusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan program adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan beraktivitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu program PAUD itu sendiri harus lebih ditingkatkan baik itu dari metode pembelajaran maupun sarana dalam proses pembelajaran karena merupakan bagian yang sangat esensial bagi kelangsungan bangsa, yang penting dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Yang mana PAUD sebagai strategi pembangunan sumber daya manusia itu harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumber daya manusia ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini, pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden ages).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar