Minggu, 17 Maret 2013

Isu Penting Kepribadian



Isu-Isu Penting Dalam Psikologi Kepribadian


1.      Free Will VS Determinisme

Free will berarti seseorang bertindak dan berperilaku karena keinginannya sendiri dan bukan karena ditentukan. Determinisme berarti seseorang bertindak dan berperilaku karena ditentukan.

Para teoritikus sering memperdebatkan tentang perilaku manusia: apakah manusia mengarahkan perilaku mereka secara langsung? Dapatkah kita secara spontan memilih arah dari pikiran dan perilaku kita, serta memilih secara rasional? Apakah kita dapat menentukan nasib kita sendiri ataukah masa depan hanyalah sebuah akibat dari masa lalu, faktor-faktor biologis, atau kejadian-kejadian yang tidak dapat kita kontrol? Apakah kejadian itu yang membentuk kepribadian kita sehingga kita tidak dapat mengubah tingkah laku kita?


2.      Nature VS Nurture

Manakah yang lebih berpengaruh dalam pembentukkan perilaku kita: sifat-sifat yang diwariskan (genetik) atau pengaruh dari lingkungan (pengaruh dari pengalaman atau pembelajaran)

Nature berarti keyakinan bahwa pengaruh lingkungan kita mempengaruhi tingkah laku kita saat ini, sedangkan nurture berarti keyakinan bahwa tingkah laku kita saat ini dipengaruhi karena bawaan lahir (atau genetika)


3.      Past VS Present

Seperti yang kita ketahui, past berarti segala hal yang berhubungan dengan masa lalu atau kejadian yang sudah lewat, dan present berarti kejadian, keadaan atau peristiwa yang terjadi saat ini.

Lalu, manakah yang akan lebih kuat dalam membentuk kepribadian individu? Jika kita beranggapan bahwa apa yang terjadi pada kita saat kita masih di dalam kandungan atau masih kecil sangatlah penting dalam pembentukkan kepribadian, kita mungkin akan percaya bahwa perkembangan yang kita alami saat ini hanyalah sebuah penjabaran atas apa yang telah ditetapkan bagi kita sejak awal kehidupan. Pandangan inilah yang disebut historical determinism bahwa kepribadian kita sudah tetap sejak umur 5 tahun dan hanya akan berubah sedikit selama kita hidup.

Sebaliknya ada pula keyakinan bahwa kepribadian kita adalah sesuatu yang independen, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai pengalaman dan peristiwa yang terjadi saat ini, (present), termasuk perubahan cita-cita dan tujuan hidup kita. Kita dapat berpikir bahwa memang peristiwa dan pengalaman dahulu membentuk karakter kita, tetapi hal itu tidaklah permanen. Pengalaman masa depan mungkin saja dapat mengubah kepribadian kita.


4.      Uniqueness VS Universality

Uniqueness berarti bahwa tidak ada dua orang di dunia yang mempunyai kepribadian yang sama. Universality berarti bahwa adanya persamaan di dalam diri individu.

Apakah manusia itu unik (berbeda) atau sama, satu dengan yang lainnya? Kita dapat berasumsi bahwa setiap kepribadian manusia unik, sehingga setiap perilaku tidak akan sama dengan sesamanya. Namun, hal ini tentu saja membuat perbandingan antar individu menjadi sia-sia. Pendapat lain mengatakan bahwa memang tiap manusia itu unik, namun berdasarkan keseluruhan tingkah laku, manusia adalah sama, setidaknya jika dibandingkan dari lingkup kebudayaan yang sama.


5.      Equilibrium VS Growth

Isu kelima dalam kepribadian ini membahas tentang motivasi manusia yang sebenarnya. Apakah manusia itu seperti mesin, yang mempunyai sistem aturan di dalam dirinya sendiri, bertahan dalam keadaan yang tetap dan stabil? Apakah kita berperilaku sendiri untuk memuaskan kebutuhan fisik, memperoleh kesenangan, dan menghindari kesakitan? Apakah kebahagiaan kita bergantung dengan tingkat stress yang diusahakan seminim mungkin?

Equilibrium berarti tetap sedangkan growth berarti pertumbuhan.

Beberapa teoritikus menganggap bahwa manusia selalu berusaha membuat ketengangan dalam dirinya seminim mungkin dan manusia adalah makhluk yang mencari kesenangan. Sedangkan teoritikus lain menganggap bahwa manusia termotivasi untuk selalu bertumbuh, menyadari potensi diri sendiri, dan memiliki keinginan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.


6.      Optimistik VS Pesimistik

Pada isu ini kita dihadapkan dengan isu moral, penilaian diri, yang sebenarnya bukan bidang ilmu pengetahuan untuk dapat menjelaskannya. Namun, beberapa teoritikus sering dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hal ini, secara implisit.

Apakah manusia itu baik atau jahat, kejam atau baik, dan sebagainya.

Tentunya sifat optimistik berarti memandang hal-hal yang positif sedangkan pesimistik berarti memandang hal-hal yang buruk.

Beberapa teoritikus memandang manusia sebagai makhluk yang postif, penuh dengan harapan, humanistis, dan memiliki kesadaran bersosial yang tinggi. Sedangkan teoritikus lain susah mendapatkan hal yang positif dari manusia, tak jarang mereka memandang manusia sebagai individu yang pesimis dan sering mempersepsikan hal-hal buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar