Isu-Isu Penting
Dalam Psikologi Kepribadian
1. Free Will VS Determinisme
Free will berarti seseorang bertindak dan berperilaku karena
keinginannya sendiri dan bukan karena ditentukan. Determinisme berarti
seseorang bertindak dan berperilaku karena ditentukan.
Para teoritikus sering
memperdebatkan tentang perilaku manusia: apakah manusia mengarahkan perilaku
mereka secara langsung? Dapatkah kita secara spontan memilih arah dari pikiran
dan perilaku kita, serta memilih secara rasional? Apakah kita dapat menentukan
nasib kita sendiri ataukah masa depan hanyalah sebuah akibat dari masa lalu,
faktor-faktor biologis, atau kejadian-kejadian yang tidak dapat kita kontrol?
Apakah kejadian itu yang membentuk kepribadian kita sehingga kita tidak dapat
mengubah tingkah laku kita?
2. Nature VS Nurture
Manakah yang lebih berpengaruh dalam
pembentukkan perilaku kita: sifat-sifat yang diwariskan (genetik) atau pengaruh
dari lingkungan (pengaruh dari pengalaman atau pembelajaran)
Nature
berarti keyakinan bahwa pengaruh lingkungan kita mempengaruhi tingkah laku kita
saat ini, sedangkan nurture berarti
keyakinan bahwa tingkah laku kita saat ini dipengaruhi karena bawaan lahir
(atau genetika)
3. Past VS Present
Seperti yang kita ketahui, past berarti segala hal yang berhubungan
dengan masa lalu atau kejadian yang sudah lewat, dan present berarti kejadian, keadaan atau peristiwa yang terjadi saat
ini.
Lalu, manakah yang akan lebih kuat dalam
membentuk kepribadian individu? Jika kita beranggapan bahwa apa yang terjadi
pada kita saat kita masih di dalam kandungan atau masih kecil sangatlah penting
dalam pembentukkan kepribadian, kita mungkin akan percaya bahwa perkembangan
yang kita alami saat ini hanyalah sebuah penjabaran atas apa yang telah
ditetapkan bagi kita sejak awal kehidupan. Pandangan inilah yang disebut historical determinism bahwa kepribadian
kita sudah tetap sejak umur 5 tahun dan hanya akan berubah sedikit selama kita
hidup.
Sebaliknya ada pula keyakinan bahwa
kepribadian kita adalah sesuatu yang independen, yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai pengalaman dan peristiwa yang terjadi saat ini, (present), termasuk perubahan cita-cita dan tujuan hidup kita. Kita
dapat berpikir bahwa memang peristiwa dan pengalaman dahulu membentuk karakter
kita, tetapi hal itu tidaklah permanen. Pengalaman masa depan mungkin saja
dapat mengubah kepribadian kita.
4. Uniqueness VS Universality
Uniqueness berarti
bahwa tidak ada dua orang di dunia yang mempunyai kepribadian yang sama. Universality berarti bahwa adanya
persamaan di dalam diri individu.
Apakah manusia itu unik (berbeda) atau sama,
satu dengan yang lainnya? Kita dapat berasumsi bahwa setiap kepribadian manusia
unik, sehingga setiap perilaku tidak akan sama dengan sesamanya. Namun, hal ini
tentu saja membuat perbandingan antar individu menjadi sia-sia. Pendapat lain
mengatakan bahwa memang tiap manusia itu unik, namun berdasarkan keseluruhan
tingkah laku, manusia adalah sama, setidaknya jika dibandingkan dari lingkup
kebudayaan yang sama.
5. Equilibrium VS Growth
Isu kelima dalam kepribadian ini membahas
tentang motivasi manusia yang sebenarnya. Apakah manusia itu seperti mesin,
yang mempunyai sistem aturan di dalam dirinya sendiri, bertahan dalam keadaan
yang tetap dan stabil? Apakah kita berperilaku sendiri untuk memuaskan
kebutuhan fisik, memperoleh kesenangan, dan menghindari kesakitan? Apakah
kebahagiaan kita bergantung dengan tingkat stress yang diusahakan seminim
mungkin?
Equilibrium
berarti tetap sedangkan growth
berarti pertumbuhan.
Beberapa teoritikus menganggap bahwa manusia selalu
berusaha membuat ketengangan dalam dirinya seminim mungkin dan manusia adalah
makhluk yang mencari kesenangan. Sedangkan teoritikus lain menganggap bahwa
manusia termotivasi untuk selalu bertumbuh, menyadari potensi diri sendiri, dan
memiliki keinginan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
6. Optimistik VS Pesimistik
Pada isu ini kita dihadapkan dengan isu
moral, penilaian diri, yang sebenarnya bukan bidang ilmu pengetahuan untuk
dapat menjelaskannya. Namun, beberapa teoritikus sering dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hal ini, secara implisit.
Apakah manusia itu baik atau jahat, kejam
atau baik, dan sebagainya.
Tentunya sifat optimistik berarti memandang
hal-hal yang positif sedangkan pesimistik berarti memandang hal-hal yang buruk.
Beberapa teoritikus memandang manusia sebagai makhluk yang
postif, penuh dengan harapan, humanistis, dan memiliki kesadaran bersosial yang
tinggi. Sedangkan teoritikus lain susah mendapatkan hal yang positif dari
manusia, tak jarang mereka memandang manusia sebagai individu yang pesimis dan
sering mempersepsikan hal-hal buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar