*Aliran
Gestalt pertama kali lahir di Jerman pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer.
Aliran ini sering disebut sebagai aliran kontemporer yang mengkritik aliran
ortodoks dari Wundt, tetapi ada perbedaan antara kedua aliran yang sama-sama
disebut kontemporer itu. Psikologi Gestalt lebih menekankan kritiknya pada
penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang dilakukan oleh
strukturalismenya Wundt, tetapi Psikologi Gestalt masih mengakui adanya unsur
kesadaran itu sendiri dalam bentuk yang utuh (totalitas, tidak terbagi-bagi
dalam elemen-elemen).
*Istilah Gestalt sendiri merupakan
istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain.
Arti gestalt bisa bermacam-macam, yaitu form, shape, (dalam bahasa Inggris)
atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat esensi, totalitas. Terjemahannya dalam
bahasa Inggris pun bermacam-macam, antara lain shape psychology,
convigurationism, whole psychologhy, dan sebagainya. Karena adanya
kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia
sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke dalam
bahasa lain.
*Untuk dapat mengerti arti yang
sebenarnya dari Psikologi Gestalt kita perlu mempelajari ciri-ciri khas dari
aliran ini, yaitu bahwa psikologi gestalt mempelajari suatu gejala sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas dan bahwa data-data dalam psikologi gestalt
disebut sebagai fenomena (gejala),
Prinsip mempelajari gestalt sebagai totalitas dikemukakan pertama kalinya oleh
Christian Von Ehrenfels, tokoh yang merangsang timbulnya aliran ini. Pada tahun
1890 dalam eksperimennya mengenai music. Dikemukakannya pada waktu itu jika
kita mendengar sebuah lagu itu, bukan not nya satu per satu. Komposisi ini
merupakan keseluhan yang lebih penting artinya dari pada not-not yang hanya sebatas
elemen-elemen saja. Suatu komposisi lagu mempunyai sifat-sifat tertentu yang
disebut emergent, yang tidak dimiliki
oleh not-not dalam lagu itu secara satu persatu. Kalau tangga nada lagu itu di
ubah, maka not-not dalam lagu itu pun berubah, namun selama komposisinya masih
tetap, maka emergent-nya masih sama, maka kita tetap mendengar lagu yang sama.
Jadi, yang penting adalah sifat dari totalitas yang disebut emergent,. Bukan
sifat dari elemen-elemen. Sekalipun demikian, Ehrenfels mengakui bahwa tidak
semua emergent berbeda dari elemen. Sering kali pula terdapat fenomena di mana
sifat-sifat yang ada pada elemen-elemen terdapat pula dalam emergent. Dalam hal
yang terakhir ini, kalau elemen berubah, maka emergent pun berubah dan kita
akan mengalami atau menankap suatu fenomena yang lain.
*Eksperimen pertama Gestalt, menurut
Atkinson dan kawan-kawan, adalah mempelajari gerakan, terutama fenomena phi. Jika dua cahaya dinyalakan
secara berurutan (asalkan waktu dan lokasi spasialnya tepat), subjek melihat cahaya
tunggal bergerak dari posisi cahaya pertama ke cahaya ke dua. Fenomena kesan
pergerakan ini telah banyak diketahui, tetapi ahli psikologi Gestalt menangkap
kepentingan teoritis pola stimuli dalam menghasilkan efek. Pengalaman kita
bergantung pada pola yang dibentuk oleh stimuli dan pada pengalaman, menurut
mereka. Apa yang kita lihat relative terhadap latar belakang, dengan aspek lain
dari keseluruhan. Keseluruhan berbeda dengan penjumlahan bagian-bagiannya.
Keseluruhan terbagi atas bagian dari suatu hubungan.
Prinsip
dasar Gestalt
1.Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan
persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2.Prinsip-prinsip pengorganisasian:
*Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuk tertentu.
*Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi
suatu figure atau bentuk tertentu.
*Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental
set yang sudah terbentuk
sebelumnya
*Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan
kesinambungan pola
*Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap.
*Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan
figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan
terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan
merubah persepsi tentang melodi.
*Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
Aplikasi
prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b.Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
c.Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e.Transfer dalam
Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
Implikasi Gestalt
*Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang
eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan
bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini
dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
*Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan
menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher
mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan
kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem
solving beroperasi. Tokoh: Tolman dan Koehler.
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan
(persepsi) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini.
Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap
proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh
dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari
masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses
dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai
belajar. Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku
pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami
proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses
pengamatan itu.
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia. Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory.
Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni
suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang
memuat fenomena keseluruhan lebih dari pada bagian- bagiannya.
Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1.Manusia
bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara
intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2.Belajar
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3.Manusia
berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan
segala aspek-aspeknya.
4.Belajar
adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5.Belajar
hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6.Tidak
mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan
yang mengerakan seluruh organisme.
7.Belajar
akan berhasil kalau ada tujuan.
8.Belajar
merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang
diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah menurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
1.Realisasi
adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus dapat
merumuskan
2.Mengajukan
hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
3.Mengumpulkan
data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar