Sabtu, 16 Maret 2013

Teori Gestalt



*Aliran Gestalt pertama kali lahir di Jerman pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer. Aliran ini sering disebut sebagai aliran kontemporer yang mengkritik aliran ortodoks dari Wundt, tetapi ada perbedaan antara kedua aliran yang sama-sama disebut kontemporer itu. Psikologi Gestalt lebih menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi Psikologi Gestalt masih mengakui adanya unsur kesadaran itu sendiri dalam bentuk yang utuh (totalitas, tidak terbagi-bagi dalam elemen-elemen).
          *Istilah Gestalt sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti gestalt bisa bermacam-macam, yaitu form, shape, (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam, antara lain shape psychology, convigurationism, whole psychologhy, dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
          *Untuk dapat mengerti arti yang sebenarnya dari Psikologi Gestalt kita perlu mempelajari ciri-ciri khas dari aliran ini, yaitu bahwa psikologi gestalt mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dan bahwa data-data dalam psikologi gestalt disebut  sebagai fenomena (gejala), Prinsip mempelajari gestalt sebagai totalitas dikemukakan pertama kalinya oleh Christian Von Ehrenfels, tokoh yang merangsang timbulnya aliran ini. Pada tahun 1890 dalam eksperimennya mengenai music. Dikemukakannya pada waktu itu jika kita mendengar sebuah lagu itu, bukan not nya satu per satu. Komposisi ini merupakan keseluhan yang lebih penting artinya dari pada not-not yang hanya sebatas elemen-elemen saja. Suatu komposisi lagu mempunyai sifat-sifat tertentu yang disebut emergent, yang tidak dimiliki oleh not-not dalam lagu itu secara satu persatu. Kalau tangga nada lagu itu di ubah, maka not-not dalam lagu itu pun berubah, namun selama komposisinya masih tetap, maka emergent-nya masih sama, maka kita tetap mendengar lagu yang sama. Jadi, yang penting adalah sifat dari totalitas yang disebut emergent,. Bukan sifat dari elemen-elemen. Sekalipun demikian, Ehrenfels mengakui bahwa tidak semua emergent berbeda dari elemen. Sering kali pula terdapat fenomena di mana sifat-sifat yang ada pada elemen-elemen terdapat pula dalam emergent. Dalam hal yang terakhir ini, kalau elemen berubah, maka emergent pun berubah dan kita akan mengalami atau menankap suatu fenomena yang lain.
          *Eksperimen pertama Gestalt, menurut Atkinson dan kawan-kawan, adalah mempelajari gerakan, terutama fenomena phi. Jika dua cahaya dinyalakan secara berurutan (asalkan waktu dan lokasi spasialnya tepat), subjek melihat cahaya tunggal bergerak dari posisi cahaya pertama ke cahaya ke dua. Fenomena kesan pergerakan ini telah banyak diketahui, tetapi ahli psikologi Gestalt menangkap kepentingan teoritis pola stimuli dalam menghasilkan efek. Pengalaman kita bergantung pada pola yang dibentuk oleh stimuli dan pada pengalaman, menurut mereka. Apa yang kita lihat relative terhadap latar belakang, dengan aspek lain dari keseluruhan. Keseluruhan berbeda dengan penjumlahan bagian-bagiannya. Keseluruhan terbagi atas bagian dari suatu hubungan.
Prinsip dasar Gestalt
1.Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2.Prinsip-prinsip pengorganisasian:
*Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
*Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
*Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set          yang sudah terbentuk sebelumnya
*Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
*Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
*Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
*Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
Aplikasi prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah  aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e.Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Implikasi Gestalt
*Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
*Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh: Tolman dan Koehler.
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar. Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.

Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia. Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory.
Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebih dari pada bagian- bagiannya.

Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1.Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2.Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3.Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4.Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5.Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6.Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7.Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8.Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah menurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
1.Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan
2.Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
3.Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar