Minggu, 17 Maret 2013

Kepribadian



Kepribadian Menurut Erik Erikson
Pengertian kepribadian menurut Erikson: “tahap-tahap kehidupan seorang manusia sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh-pengaruh interaksi sosial yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis.”  yaitu adanya tahap -tahap perkembangan psikososial yang pada umumnya dihadapkan dengan konflik sosial yang konflik ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian individu.
Struktur Kepribadian Erik Erikson
a) Ego kreatif, Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yaitu kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego menjadi pengatur id, super ego dan dunia luar. Jadi ego, di samping hasil proses faktor- faktor genetik, fisiologis, dan anatomis, juga dibentuk oleh aspek kultural dan historis. Ego yang sempurna memiliki tiga dimensi, yaitu :
1.     Faktualitas, adalah kumpulan fakta, data, dan metode yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku.
2.     Universalitas, adalah kesadaran akan kenyataan yang menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan semesta.
3.     Aktualitas, adalah cara berhubungan antara satu dengan yang lain untuk memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
b) Ego otonomi fungsional. Pandangan Erikson adalah perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Prinsip ini menyatakan bahwa kepribadian kita terbagi menjadi delapan tahap. Satu tahap ditentukan oleh keberhasilan atau ketidakstabilan tahap sebelumnya.
c) Aspek Pengaruh Masyarakat, bagian tersebar ego muncul dan dibentuk oleh           masyarakat. Bagi Erikson, ego muncul bersama sebagai kelahiran sebagai potensi yang harus ditegakkan dalam lingkungan kurtural. Masyarakat yang berbeda cara           pengasuhannya cenderung  membentuk kepribdian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya.
Dinamika Kepribadian Erik Erikson
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Oleh karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapat :
1. Maladaption/maladaptif (adaptasi keliru)
2. Malignansi (selalu curiga)
Keterangan: hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal.
3. Ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi atau pola hubungan yang tidak menyenangkan.
Selain itu, Erikson juga berpendapat bahwa, kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego muncul karena dibentuk oleh masyarakat. Yaitu, pada waktu manusia lahir, ego hadir hanya sebagai potensi, namun, untuk menjadi aktual atau nyata dia harus hadir dalam lingkungan kultural. Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya. 
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang. Ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, dimana artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu. Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu)

Perkembangan Kepribadian Menurut Erikson
Perkiraan Umur (Approximate Ages)
Tahapan Psikoseksual
Krisis Psikososial
Kekuatan Dasar
0-1 thn (Infancy)
Oral-sensoris
Trust Vs Mistrust
Harapan
1-3 thn (Masa kanak-kanak awal)
Muscular Anal
Autonomy Vs Shame and Doubt
Kemauan
3-6 thn (Usia Bermain)
Infantile Genital Locomotor
Initative Vs Guilty
Tujuan
6-12 thn (Usia sekolah)
Latency
Industry Vs Inferiority
Kompeten
12-20 thn (Adolescence)
Puberty
Identity Vs Identity Confussion
Kesetiaan
20-30 thn (Dewasa Dini)
Genitality
Intimacy Vs Isolation
Cinta
30-65 thn (Dewasa)

Generativity Vs Stagnation
Kepedulian
65­+ thn (Usia lanjut)

Integrity Vs Despair
Kebijaksanaan
Infancy / Masa Bayi
Aspek psikoseksual: Gaya Sensori Oral
·       Ditandai oleh dua gaya pembentukan: memperoleh dan menerima apa yang diberikan.
·       Harus belajar untuk memercayai atau tidak memercayai orang lain. (Trust vs Mistrust)
Virtue: Harapan
·       Muncul karena Trust VS Mistrust. Apabila bayi mengalami pengalaman tidak enak, mereka akan berharap agar lain kali akan menghasilkan hasil yang memuaskan. (apabila harapan terpenuhi)
Masa Kanak – Kanak Awal
Aspek psikoseksual : Otot Uretral-Anal
·       Belajar untuk mengendalikan alat dan fungsi tubuh mereka, khususnya dalam hal kebersihan dan pergerakkan.
·       Tidak hanya belajar toilet training tetapi juga belajar berjalan, berpegangan dengan mainan, dan lain-lain
Virtue : Keinginan
Resolusi dari krisis otonomi vs rasa malu dan ragu. Namun, jika pengalaman mereka mengakibatkan rasa malu dan ragu yang terlalu besar, anak-anak tidak mampu mengembangkan kekuatan dasar ini.
Usia Bermain
Aspek psikoseksual : Lokomotir-Genital
Ketertarikan anak-anak usia bermain akan aktivitas genital diiringi dengan meningkatnya sarana daya gerak mereka.
Virtue : Tujuan
Anak-anak pada masa ini bermain dengan tujuan, bersaing dalam permainan dengan tujuan menang atau mencapai puncak. Usia bermain juga merupakan tahapan di mana anak-anak mengembangkan hati nurani dan mulai tahu membedakan benar atau salah.
Usia Sekolah
Aspek psikoseksual : Latensi
Latensi seksual penting karena memungkinkan anak-anak mengalihkan energi mereka untuk mempelajari teknologi kultur mereka dan strategi akan interaksi sosial mereka.
Virtue : Kompetensi
Kekuatan dasar: rasa percaya diri untuk menggunakan kemampuan fisik dan kognitif dalam menyelesaikan masalah yang mengiringi usia sekolah.
Adolensence: Krisis antara identitas dengan kekacauan identitas mencapai puncaknya.
Aspek Psikoseksual : Pubertas
Pubertas (puberty) adalah tahap kemasakan seksual. Menurut Erikson, hal ini penting karena pubertas memacu harapan pada masa yang akan datang.
Virtue : Kesetiaan
Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation), menjadi bentuk yang malu-malu (diffedence) atau penyimpangan (deviance). Diffidence adalah keadaan ekstrim tidak percaya diri, sementara deviance adalah memberontak kepada otoritas secara terbuka.
Dewasa Awal: Dapat mengembangkan tingkat kebaikan cinta (love).
Aspek Psikoseksual : Perkelaminan
Ditandai dengan saling percaya dan berbagi kepuasan seksual secara permanen dengan orang yang dicintai.
Virtue : Cinta
Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Kebalikan dari cinta adalah kesendirian (exclusivity). Kesendirian menjadi patologis kalau kekuatannya sampai menghalangi kemampuan individu untuk bekerja sama dengan orang lain.
Dewasa
Aspek Psikoseksual : Prokreativitas
Menurut Erikson, manusia memiliki insting untuk mempertahankan jenisnya yang disebut prokreativitas (procreativity).
Virtue : Kepedulian
Kepedulian (care) adalah suatu komitmen untuk merawat orang lain. Lawan dari kepedulian adalah penolakan (rejectivity)
Usia Lanjut
Aspek Psikoseksual : Generalisasi Sensualitas
Generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan dan bisa juga stimulasi genital.
Virtue: Kebijaksanaan (wisdom)
Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Tidak terpenuhinya kebijaksanaan menyebabkan penghinaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar